Rabu, 22 Juli 2009

Logika..

Sebenarnya...

Ketidakakuratan hati dan pikiran berakibat pada menurunnya eksplorasi diri
Sungguh memalukan di tengah zaman yang menuntut segala perubahan
Aku tahu yang aku pikirkan karena aku bisa melihat sekelilingku
Diri ini serasa ingin berlari jika melihat itu semua

Dan...

Ketika suatu logika dibenamkan oleh suatu pemikiran
Saat itu nyali akan menghilang bersama kemunafikan
Ketika suatu masa dijerumuskan oleh suatu kebohongan
Saat itu raga ini bergejolak mengikuti hati pikiran

Serta...

Pantaskah dunia ini jika ketidakwarasan mengambil alih
Adilkah dunia ini jika kesombongan menampuk tinggi di udara
Hebatkah dunia ini jika kehinaan selalu datang menyusuri relung hidup
Relakah dunia ini jika segala yang buruk bercokol di hati sanubari

Sehingga...

Kemurnian menjadi milik Tuhan
Keabadian menjadi sebuah impian
Keikhlasan menjadi hal yang manusiawi
Ketulusan menjadi sifat yang ada
Kesucian menjadi dambaan setiap manusia

7 KUNCI MEMPERERAT PERSAHABATAN

LOVE..
sayangi sahabat kita setulus hati layaknya menyayangi diri sendiri dan antar sesama manusia

SADNESS..
kesedihan sahabat kita adalah kepedihan sekujur tubuh kita

HAPPINESS..
kesenangan sebenarnya yang didapat merupakan suatu kebersamaan yang telah lama dibangun

TRUTH..
persahabatan dijalin atas nama kebenaran dan kejujuran

SECRET..
menjaga agar tetap terkunci hak dan martabat masing-masing sahabat kita

HELP..
saling membantu adalah kunci yang utama

FAITH..
jiwa dan darah menyatu melalui hati yang suci

Jumat, 17 Juli 2009

Kekuatan Hati Mendobrak Segala Aral Merintang


Apa kata bangsa, negara, dan dunia ketika melihat Indonesia terpuruk di tengah kemajuan era globalisasi?
Bangsa akan menangis…
Negara akan tersenyum…
Dunia akan terguncang…
Ya… itulah Indonesia ketika rakyatnya sedang mengalami kesengsaraan, tetapi pemerintah dan kroni-kroni seperjuangannya masih memikirkan kepentingannya sendiri.



Wacana di atas hanya sepenggal dari beribu alasan para aktivis Indonesia memperjuangkan semua hak-hak rakyat demi tujuan yang pasti, keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Melihat begitu pentingnya peran aktivis sebagai kontrol sosial pemerintah, sudah selayaknya mereka menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak sejalan dengan akal pikiran manusia. Terkadang ini terjadi pada aktivis-aktivis yang berada pada (hanya beberapa) level komunitas mahasiswa Indonesia. Sungguh bertolak belakang dengan apresiasi seluruh rakyat Indonesia menentang imperialisme negatif yang ditimbulkan karena pemerintahan yang penuh dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Memalukan! Pekik keberanian yang sering mereka bawakan untuk aksi mereka, tidak sama sekali mencerminkan mereka-mereka ini.


Seluruh rakyat dan mahasiswa
Bersatu padu berjuang bersama
Berbekal moral intelektual
Selamatkan Indonesia tercinta



Aktivis mahasiswa yang hanya mendewasakan sikap tetapi tidak mendewasakan otak. Terbukti dengan seringnya mereka mengumbar “kebesaran golongan” mereka sendiri dengan mengesampingkan kepentingan-kepentingan dan atau urusan-urusan yang dianggap lebih prinsipil.


Kedewasaan Hati dan Pikiran Menjadikan Manusia yang Lebih Modern


Kepribadian yang selalu membuat kita hilang akan daya pikir dan imajinasi alam bawah sadar. Tingkat keefektifan kita yang didasarkan pada hati dan pikiran seakan mendobrak suatu benteng kehidupan sosial yang sulit ditembus oleh suatu zaman. Tetapi tidakkah kita berpikir untuk membuka segala nurani yang tertutup oleh kekuasaan dan segala kemunafikan yang dianggap sebagai suatu pembenaran yang hakiki? Itupun tidak sepenuhnya dapat diterima oleh segenap komunitas sekitar. Kepuasan hati pada dasarnya tidak bergantung pada hal-hal yang berbau “kemenangan” belaka, yaitu memperjuangkan suatu sikap ataupun pikiran yang awalnya hanyalah sebuah indoktrinisasi sempit orang-orang tingkat atas. Lihatlah mereka yang memenangkan suatu pergulatan panjang yang diiringi dengan cara-cara yang tak lazim diketahui, didengar, dan dilakukan oleh orang idealis sekalipun. Ini seperti mengesampingkan sisi-sisi demokrasi yang selalu diteriakkan.


Katakan hitam adalah hitam
Katakan putih adalah putih
Untuk kebenaran dan keadilan
Menjunjung totalitas perjuangan



Satu hal yang pasti bahwa masa depan mereka tak kunjung juga direalisasikan dengan hakikat dan motivasi. Kami ini sudah bosan dengan segala kemunafikan yang ada. Dan kami sudah muak dengan segala intervensi dari tingkat atas yang datang bertubi-tubi. Yang kami prioritaskan adalah sebuah masa depan yang cerah, diiringi dengan prestasi-prestasi yang membanggakan lahir batin. Tetapi kami memiliki permasalahan yang dianggap sama oleh yang lainnya yaitu kami kekurangan daya dorong berupa motivasi untuk merealisasikan masa depan. Kehilangan satu efek moral psikis saja adalah penyesalan yang sangat mendalam. Tetapi kami yakin bahwa kami ini yang nantinya lebih unggul dalam segala aspek moral dan kehidupan ini. Biarkan mereka menggila dengan segala perilaku “otak sampah” mereka. Dan hal yang harus diketahui adalah bahwa dalam diri pribadi kami semua yakin dan selalu meyakinkan diri jika suatu hari nanti kami yang akan berhadapan langsung dengan mereka, kami yang akan merubah segalanya. Hingga suatu paradigma baru yang lebih bermutu dan bermakna akan terbentuk karena perbuatan kami itu.

Kita hidup di zaman yang menuntut segala bentuk perubahan dan inovasi dari dalam diri. Seharusnya dan selayaknya kita berpedoman dan berpegang teguh pada apapun yang kita ciptakan melalui perbuatan yang suci. Mungkinkah kita sadari bahwa sesuatu akan terjadi pada diri jika keajaiban tercermin dalam benak sanubari yang hilang karena tertumpuk oleh segumpal “sampah” yang telah lama menumpuk. Segala bentuk penghinaan mereka pada kami merupakan suatu modal untuk mengembalikkan pendirian yang selama ini dianggap salah oleh mereka. Keadaan yang lebih kondusif menjadi dambaan setiap orang. Tetapi keinginan untuk kondusif seperti apa yang diinginkan? Kami sendiri masih menyusun suatu cara dan pemikiran untuk membuat gebrakan yang lebih mantap demi kehidupan yang lebih kondusif tersebut.

Suatu perubahan akan berdampak sangat vital bagi perkembangan pemikiran kita. Membuka segala yang ada di pikiran akan berdampak pada semua perbuatan (berharap) mengarah ke perbuatan positif, yang didasarkan pada berbagai macam inovasi dan kreativitas dari dalam diri. Diharapkan nantinya inovasi dan kreativitas kami akan membuat progres ke depan dalam perjalanan arah tujuan kita semua. Kemunculan imajinasi otak kiri dan kanan akan memperkaya semua wawasan kita. Hingga semangat intelektualitas berhasil mewujudkan integritas yang lebih memadai. Pada nantinya kredibilitas kita sangat diharapkan untuk pembangunan bangsa dan negara serta untuk masa depan yang lebih cerah. Itu yang sangat kami harapkan sejak dini, serta akan menjadi tepat seperti yang disuarakan…


Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta


Negara Kesatuan Republik Indonesia

INDONESIA DI AMBANG NEGARA GAGAL?

Sektor informal telah diketahui telah menjadi penyelamat rakyat kecil sejak krisis 1997. Sektor ekonomi modern sampai sekarang belum bangkit hingga menimbulkan pertanyaan, mau dibawa ke mana perekonomian Indonesia?

Media massa telah beberapa tahun ini mengangkat permasalahan semakin besarnya uang yang dialokasikan perusahaan untuk memenuhi tuntutan berbagai pihak. Tidak berkaitan dengan perizinan, melainkan karena alasan-alasan yang tidak masuk akal. Uang terpaksa diberikan pengusaha untuk menyelamatkan usahanya.

Selain hal-hal tersebut, yang sering diangkat di media massa adalah fenomena yang sesungguhnya juga terus membesar, yaitu pemerasan di jalan-jalan, di tempat di mana usaha ekonomi rakyat. Kita tinggal menanyakan kepada sopir taksi, sopir angkutan barang, penumpang, atau pedagang toko. Dengan jelas mereka akan mengatakan bahwa pungutan-pungutan semakin menggila. Artinya, tanpa alasan yang masuk akal. Kelompok minoritas tertentu lebih rentan lagi. Dengan mudah orang dapat melihat pemerasan pemerasan terselubung langsung di tempat mereka berusaha sehingga sejumlah uang harus dialokasikan untuk keperluan tersebut.

Namun, sangat jarang yang mau, bisa, atau berani memprotes. Masuk akal juga sebab DPR/DPD telah kehilangan kredibilitasnya sebagai tempat memperjuangkan kepentingan rakyat. Mereka juga enggan mengadu kepada polisi untuk alasan yang semua orang sudah tahu. Jika pun mengadu, apakah akan efektif? Mereka malah khawatir akan timbul reaksi balik, bahkan sebelum permasalahannya diakui.


Inefisien

Dari semua uraian di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan, yaitu negara tidak dapat mengatur hubungan-hubungan berbahaya atau, setidaknya, inefisien di dunia ekonomi. Pemerintah cuma mampu menaruh perhatian pada upaya menstabilkan ekonomi makro. Pertanyaannya, semua itu untuk siapa?

Apakah negara gagal? Apakah “negara” itu: apakah pemerintah saja atau juga institusi negara lain, yaitu lembaga perwakilan dan peradilan. Apakah makna “gagal”: bukankah tidak terjadi kekacauan sipil, jalan masih dipenuhi mobil, dan mal tidak sepi pengunjung?

Mari kita lihat studi yang dilakukan World EconomicForum dan Universitas Harvard sekitar tahun 2002 tentang negara gagal, ciri-cirinya, dan apa akibatnya. Studi mereka meliputi 59 negara, di mana Indonesia termasuk. Studi ini memberi tempat untuk kita bercermin tentang apa yang sedang terjadi di Indonesia.

Menurut studi tersebut, karakteristik negara gagal, antara lain, adalah tingginya angka kriminalitas dan kekerasan, korupsi yang merajalela, miskinnya opini publik, serta suasana ketidakpastian yang tinggi. Negara gagal pada awalnya banyak karena kegagalan di bidang ekonomi, yaitu ketidakefisienan yang parah dalam mengatur modal dan tenaga kerja dan ketidakmampuan melakukan distribusi/pengadaan pelayanan dan barang dasar bagi penduduk ekonomi lemah. Akibat selanjutnya adalah kemiskinan dan pengangguran yang berkepanjangan.

Biasanya kemunduran ekonomi sejalan dengan lemahnya institusi penegakan hukum. Bisa saja memang kelemahan ini sudah menjadi karakter dasar, tetapi dengan kemunduran ekonomi, semakin sulit menegakkan institusi ini menjadi lebih bersih. Sebagai catatan, beberapa studi menunjukkan bahwa diperlukan kestabilan pertumbuhan ekonomi pada level tertentu untuk dapat menjamin kestabilan demokrasi. Demikian seterusnya, saling memperkuat atau menjatuhkan.


Keriuhan Arena Publik

Banyak orang mengira bahwa kebebasan ekspresi akan mengekang kegagalan negara. Namun, studi ini menunjukkan bahwa kebebasan berekspresi tidak terlalu berpengaruh atas kegagalan negara. Artinya, kegagalan bisa terjadi pada negara yang menganut sistem demokrasi. Mengapa demikian? Penjelasannya harus dicari pada bekerjanya sistem perwakilan dan kapasitas pemerintah untuk menanggapi kepentingan masyarakat. Di Indonesia yang terjadi adalah keriuhan di arena publik tanpa kaita kuat ke proses pengambilan kebijakan. Suara masyarakat tidak banyak berpengaruh di DPR/DPD. Sementara pemerintah sibuk mengurusi interaksinya dengan anggota DPR/DPD.

Negara gagal sangat potensial mengembangkan lebih lanjut wilayah ekonomi ilegal. Misalnya, penegakan hukum gagal melakukan pekerjaannya. Kedua, dengan keadaan inilah pelaku ekonomi ilegal menancapkan kukunya, yang jika dibiarkan kelamaan akan mendistorsi perencanaan pembangunan nasional dan merusak moralitas ekonomi bangsa.

Rakyat miskin akan sangat tergoda untuk membeli barang serta jasa maupun bekerja di wilayah ekonomi ilegal. Jika semakin besar, terciptalah kultur hubungan ekonomi yang didasarkan pada kerangka ilegalitas. Misalnya tidak membayar pajak, pemerasan dan bukan persaingan produk, ketidakpercayaan yang tinggi hingga menciptakan batas-batas sempit fleksibilitas membuat hubungan baru (eksklusivisme), profesionalisme yang tidak berkembang, dan sebagainya.

Yang mengerikan adalah dalam situasi kegagalan yang berlanjut, pelaku ekonomi ilegal bisa mentransformasi dirinya masuk ke dalam ekonomi legal serta memberi warna dominan pada lingkungan (niche) perekonomian. Itulah yang melatarbelakangi fenomena mengapa pada situasi kegagalan negara yang berkepanjangan, batas-batas antara yang legal dan ilegal menjadi kabur. Salah satu contoh yang kuat adalah cara-cara premanisme yang dipakai bank-bank terkemuka dalam penagihan utang. Contoh lain, berkembangnya bisnis keamanan dan bisnis intel (Tempo,
24/3/2008).

Sebagai catatan akhir, kegagalan negara bukanlah semata kegagalan pemerintah, melainkan semua aktor yang terlibat dalam distorsi kebijakan publik yang dibutuhkan untuk menyejahterakan masyarakat. Merekalah yang memberikan kemiskinan kepada rakyat dan mengembangkan ketidakadilan.



Oleh
MEUTHIA GANIE-ROCHMAN
Sosiolog Bidang Organisasi Sosial
di Universitas Indonesia
Dimuat dalam KOMPAS, Kamis, 3 April 2008
Rubrik Opini Hal 6
Dengan judul "NEGARA GAGAL?"

KORUPSI: Perilaku Binatang & Kodrat Manusia

Perilaku koruptif politisi menunjukkan karakter asli manusia, yakni karakter binatang. Sebuah karakter yang didefinisikan Thomas Hobbes sebagai leviathan: karakter iblis yang ada pada tubuh manusia. Manusia, betapa pun tinggi kebudayaan yang dimiliki, tetaplah binatang. Sebuah karakter primitif kebinatangan, seperti karakter agresif dan destruktif. Irasionalitas yang menyelimuti kondisi dan perilaku beberapa politisi seakan membawa manusia pada karakter aslinya sebagai binatang.

Filsuf besar Aristoteles berkata, “manusia adalah binatang berpikir” (animal rationale). Satu-satunya keunikan yang membedakan manusia dengan binatang adalah karena manusia punya akal. Karena itu manusia lebih unggul dan beradab dari binatang. Dengan akal, manusia bisa mengendalikan dan menjaga nafsu-nafsu kebinatangan.

Sementara filsuf lain pada abad modern, Spinoza, menyatakan “manusia adalah binatang social”. Manusia cenderung membuat kelompok dan bisa bekerja sama. Kita bernalar dan bersosial. Relasi bernalar dan bersosial bisa diketahui dengan melihat dampak nalar terhadap masyarakat. Kemampuan bernalar dan kecerdasan merupakan hasil evolusi yang muncul karena berbagai keunggulan yang didapat leluhur manusia purba dari kehidupan berkelompok. Sebagian ciri-ciri kehidupan sosial binatang berasal dari naluri, sedangkan sebagian lain (khususnya priamata) hanya dapat dijelaskan dengan kemampuan bernalar (otak). Dilihat dari jangka waktu evolusi, naluri sudah lama dan analar adalah baru. Monyet dan simpanse juga menggunakan tipu muslihat seperti digambarkan Nicollo Machiavelli tentang cara-cara penguasa membangun politik dan mempertahankan kekuasaannya. Apakah nalar manusia memberi kecerdasan yang dibutuhkan guna menghadapi keadaan sosial yang kian kompleks?

Homo sapiens memiliki keunggukan biologis yang didapat dari; (1) pergaulan pribadi yang terampil di masyarakat (baik kepentingan pribadi dan kerja sama melibatkan nalar), (2) bahasa (artikulasi, komunikasi, dan perluasan nalar), (3) kecekatan (berburu, mengumpul pangan, merajut pakaian, dan membuat tempat berlindung). Ketiga kemampuan ini―keterampilan sosial, bahasa, dan kecekatan―mengakibatkan terbentuknya kebuadayaan dengan segala pencapaiannya, yang memungkinkan terjadinya evolusi kebudayaan. Manusia seolah punya keunggulan dari primata lain. Namun, dalam perkara moralitas tampaknya manusia belum tentu unggul. Kebudayaan memberi banyak contoh. Istilah budaya mencakup aspek-aspek dari masyarakat untuk menjalani hidup, termasuk bahasa, moralitas, agama, kesenian, pemerintahan, hukum, industri, ekonomi, hiburan, makanan, dan kesehatan. Budaya juga berarti cara hidup (way of life) yang merupakan hasil pembelajaran dari lingkungan alam dan sosial. Budaya telah memanfaatkan dan meningkatkan nalar, tetapi pada saat sama juga menindas nalar dan menghukum orang-orang rasional. Pandangan rasional sering bertentangan dengan budaya irasional yang mapan.

Mengapa manusia punya sikap dan perilaku berbeda? Ada manusia yang berperilaku baik dan ada yang buruk. Salah satu penjelasan penting adalah karena kebutuhan untuk menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan berbagai faktor lingkungan. Karena itu, selalu ada bagian tertentu yang irasional dari kebuadayaan. Tidak mengherankan jika budaya, karena harus bertahan, membuat pilihan-pilihan irasional.

Thomas Hobbes mengakui, kodrat manusia adalah jahat dan destruktif. Manusia adalah leviathan. Sosok iblis ada dalam diri manusia, terwujud dalam perilaku koruptif, tamak, dan jahat kepada rakyat. Namun, kodrat buruk tidak berarti tak bisa diatasi. Maka, solusi Hobbes adalah menyandera karakter iblis pada diri manusia dengan rasio. Rasio mampu mengendalikan karakter leviathan. Jika rasio senantiasa digunakan untuk mengevaluasi tindakan, perilaku korupsi bisa dicegah. Karena itu, budaya rasionalitas (menggunakan akal sehat) harus terus disuntikkan kepada politisi. Terus memikirkan dan mengevaluasi tindakan dengan akal sehat. Masyarakat juga harus terus mengingatkan politisi akan pentingnya akal sehat dalam perilaku politik.

Sebagaimana dikatakan Socrates, hidup yang tidak dipikirkan adalah hidup yang tidak layak untuk dijalani. Perilaku koruptif, entah apa pun jabatan kita, adalah perbuatan amat nista sehingga tidak layak untuk dijalani.


EKO WIJAYANTO
Dosen Filsafat FIB UI
“Budaya Korupsi dan Akal Sehat”
KOMPAS, Selasa, 19 Agustus 2008
Hal 6, Opini

10 Rokok/Hari = Impotensi




Angka gangguan kesehatan dan kematian yang disebabkan oleh merokok termasuk tinggi di seluruh dunia. Di Inggris, kebiasaan merokok merupakan salah satu pembunuh paling besar. Di negeri kerajaan ini, satu dari empat orang yang disurvei mengaku merokok secara aktif.

Laporan lain menunjukkan bahwa disfungsi ereksi atau impotensi meningkat secara tajam pada perokok yang mengisap lebih dari 10 batang/hari. Jumlah ini meningkat lebih dari 50 persen apabila kebiasaan tersebut disertai penyakit degeneratif lain yang menjadi faktor risiko seperti diabetes, hiperkolesterol, dan tekanan darah tinggi.

Seorang epidemiologist dari Johns Hopkins University, Baltimore, Amerika Serikat, dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Medicine mengemukakan, 18.4 persen pria AS berusia di atas 20 tahun menderita disfungsi ereksi. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan kebiasaan kurang berolahraga, konsumsi makanan yang buruk, dan merokok.

Fakta lain menunjukkan bahwa setengah dari jumlah pria ini ternyata menderita diabetes dan hampir 90 persen mempunyai faktor-faktor risiko kardiovaskuler lainnya seperti tekanan darah tinggi, profil lemak darah yang buruk, serta dua kali lebih berisiko pada mereka yang memiliki kebiasaan merokok.

Thomas G. Travisona dkk dari Department of Urology, Columbia University, New York, dan New England Research Institutes Watertown, Massachusetts, mempertegas sebuah studi bahwa penderita disfungsi ereksi dapat mengalami remisi alamiah hanya dengan memperbaiki gaya hidup sehat, khususnya menghentikan kebiasaan merokok.

Semua laporan di atas dapat disimpulkan bahwa perokok aktif memiliki hubungan kausalitas dengan impotensi. Banyak pusat pendidikan yang menulis tentang kesulitan mengikis kebiasaan merokok ini karena nikotin memiliki efek adiksi yang bekerja hampir sama seperti heroin atau kokain.


“10 Rokok/Hari = Impotensi”
WARTA KOTA, Kamis, 21 Agustus 2008
Hal 3, Metropolitan

Rasa Malu untuk Korupsi, Jera untuk Korupsi, Komitmen Antikorupsi

Ada pertanyaan menarik: apa hubungan antara rasa malu dan jera dengan semangat dan komitmen antikorupsi di kalangan khalayak, termasuk aparatur dan petinggi hukum di Indonesia? Pertanyaan itu diakui masuk akal karena sebagian orang, apalagi penegak hukum, sudah terbiasa dengan pemikiran berkonstruksi normatif dan sering dilupakan bahwa hukum selalu berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Begitu pula perkembangan kejahatan, termasuk korupsi. Van Savigny berpendapat bahwa hukum adalah perncerminan dari jiwa bangsa. Oleh karena itu, perkembangan hukum selalu tertinggal dari perkembangan masyarakatnya. Hal ini berbanding terbalik dengan perkembangan kejahatan yang selalu paralel dengan perkembangan masyarakat tempat kejahatan itu tumbuh dan berkembang.

Dalam konteks ini, membangun rasa malu dan jera terhadap perilaku korupsi hanya dapat dicerna dengan jernih jika kita berada dalam satu lingkungan komunitas yang memiliki semangat dan komitmen antikorupsi, bukan pada lingkungan yang sebaliknya. Sangat naif jika masih ada pendapat yang mempersoalkan kedua rasa itu, bahkan menegasikannya, dengan lebih mengedepankan pendekatan legalistik-normatif dan tertutup terhadap situasi dan kondisi korupsi yang semakin sistemik dan meluas. Untuk tujuan pemberantasan korupsi itulah Gerakan Reformasi tahun 1998 dikobarkan yang intinya memberantas KKN.

Di dalam empat kali perubahan UU Antikorupsi, Inpres 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, serta di dalam Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi 2004-2009, membangun rasa malu dan jera tak tersentuh sama sekali, bahkan tak terpikirkan sama sekali.


Masih Terbelah

Penegakan hukum terhadap kasus korupsi selama satu dasawarsa tidak menunjukkan perubahan dan hasil yang signifikan terhadap perubahan sikap, komitmen, perilaku, dan kinerja birokrasi, termasuk kinerja lembaga penegak hukum. Dalam konteks APBN, secara finansial terbukti lebih besar pasak daripada tiang: penyelamatan kerugian keuangan negara karena korupsi lebih kecil dibandingkan dengan uang negara yang tak terselamatkan dan dilarikan ke luar negeri (kasus BLBI, kasus Migas, dan kasus pembalakan liar).

Sikap lembaga penegak hukum masih terbelah dalam fragmentarisme dan egoisme serta arogansi sektoral sehingga menghambat efisiensi dan efektivitas penegakan hukum, terutama yang melibatkan aparatur penegak hukum serta anggota badan legislatif dan yudikatif. Peran komisi-komisi pengawas lembaga penegak hukum belum optimal dilaksanakan berkaitan dengan keterbatasan wewenang berdasarkan UU yang ada.

Membangun masyarakat sadar hukum sejak tahun 1970-an telah dicederai dengan keterlibatan aktif petinggi hukum dan aparatur penegak hukum dalam perilaku koruptif. Perbuatan itu menurunkan secara drastis tingkat kepercayan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum. Ada fenomena unik dan patut diamati secara serius, yaitu pertama, semakin intensif gerakan memberantas korupsi semakin tinggi resistensi terhadap langkah penegakan hukum yang dilaksanakan.

Semakin meluas kesadaran masyarakat untuk memberantas korupsi dan mendorong akuntabilitas serta transparansi dan integritas pejabat publik, semakin inklusif dengan bingkai normatif sikap pejabat publik terhadap kontrol masyarakat tersebut. Semakin meningkat KPK dan Kejaksaan Agung menangani perkara korupsi semakin permisif masyarakat serta sebagian birokrasi dan penegak hukum terhadap perilaku koruptif di dalam lingkungannya; bahkan semakin protektif terhadap kawan seiring dengan berbagai alasan normatif.

Semakin meninggi aspirasi keadilan sosial terhadap adanya kesenjangan dan diskriminasi perlakuan hukum terhadap para koruptor dibandingkan dengan tersangka/terdakwa miskin, semakin tuli dan buta tampaknya terhadap realitas sosial yang hadir di sekelilingnya. Berbagai bantuan teknis negara donor dalam miliaran dollar AS telah dikucurkan untuk pemberdayaan lembaga-lembaga penegak hukum, tetapi hasilnya mengejutkan bak kuali terbalik!

Kata kunci dari semua persoalan ini bukan pada UU, bukan pada semangat, komitmen, dan sikap; melainkan pada budaya malu yang hanya dapat dibangun dalam komunitas yang masih menjunjung tinggi kesusilaan, kesopanan, dan norma hukum baik tertulis maupun tidak tertulis. Budaya malu tak dapat dibentuk dengan UU, melainkan dengan panutan yang konkret dari kepala keluarga, atasan, dan pemimpin pada tiga pilar kekuasaan di negeri ini.



ROMLI ATMASASMITA
Guru Besar Hukum Pidana Internasional
Universitas Padjajaran
KOMPAS, Jum’at, 22 Agustus 2008
Hal 6, Opini

Kamis, 16 Juli 2009

Realisasi Dalam Masa Depan

Aku seseorang berkaca mata yang selalu murah senyum, berkeinginan memiliki emosional kuat dan intensitas untuk selalu maju mengikuti perkembangan zaman. Tidak ada pesan yang mampu diperoleh jika ketulusan yang diemban merusak segala iman dan keyakinan dari dalam diri. Ini berlaku jika seseorang itu menyukai hal-hal yang tidak dimengerti oleh orang lainnya. Sesungguhnya aku menyukai segala hal asalkan itu dilandasi oleh nalar akal pikiran manusia yang ideal, tidak didasarkan pada definisi sempit yang tidak tahu apa sebenarnya realisasi hidup itu. Keinginan untuk menjadi hebat di masa depan selalu terngiang di kepalaku. Karena, menurutku, masa depan itu luar biasa sekali jika direalisasikan. Impian yang sudah terbayang sejak dini akan jauh lebih indah ketika impian itu diwujudkan dengan kenyataan yang sesuai realitas di masa depan. Aku berusaha untuk mewujudkannya dengan segala pemikiran dan perbuatanku yang kurasa menjadi berkah tersendiri menuju perjalanan hidupku. Biarkan orang menilaiku seperti apa. Karena dengan penilaian positif/negatif dari orang lain akan menjadi tolok ukur yang ideal untuk aku berjalan di koridor yang benar. Aku bisa tahu yang aku rasakan saat-saat ini, baik pahit maupun manis, karena aku sedang learn by doing untuk mempunyai interaksi yang kuat di dalam suatu komunitas bermasyarakat. Nilai-nilai luhur dari moral yang aku miliki semoga menjadi idaman dalam semua tingkah lakuku. Saat ini aku raih semua intensitasku sebagai mahasiswa. Kelak nanti jika diperkenankan secara etika, modal berhargaku ini bisa aku aplikasikan dalam urusan karirku. Aku tidak menyangka menjadi seperti ini sekarang. Entah kenapa aku dinilai seperti orang beridealisme, meskipun tidak sekuat orang-orang yang lebih idealis lainnya. Jika aku melihat ke belakang, begitu banyak "cercaan dan hinaan" yang telah menimbun lama dalam diriku dan kini telah aku tinggalkan. Sekarang aku menatap ke depan. Langkahku berjalan ke depan selangkah demi selangkah. Aku takut jika tersandung lalu terjatuh nantinya. Tapi aku berusaha menguatkan diri kalau itu semua tidak mengapa, karena itu telah menjadi simpul kehidupanku unutk melangkah, serta menjadi motivator untuk aku bangkit kembali. Sesungguhnya ketegaran hati dipertaruhkan ketika diri kita mengalami jatuh bangun. Seberapa kuat raga ini menopang tubuh. Seberapa hebat hati ini menahan derita. Itulah tolok ukur kita untuk menjadi manusia yang kuat dan bermutu rohani maupun jasmani. Aku ingin itu! Semua orang inginkan seperti itu. Aku pun juga ingin seperti itu.

Akankah aku mampu meraihnya? Apa itu hanya khayalan tingkat tinggi belaka bagi diriku? Hanya Tuhan Yang Maha Esa yang mampu memberi yang terbaik untuk diriku ini. Semoga Dia memberkatiku dan orang-orang dekatku juga.

BIJAK dari siapa...

Berikut ini adalah Kumpulan Kalimat-kalimat Bijak yang aku terima dari teman-temanku:

(…)
Tuhan akan selalu terus ada dalam setiap kehidupan dan jalan kemana kita akan melangkah.
Hargailah Dia sebagai makhluk pencipta.
Dia juga akan memberi jalan keluar yang baik bagi kita semua.

(…)
Aku tidak berharap untuk jadi orang terpenting dalam hidupmu, itu
permintaan yang terlalu besar. Tapi aku hanya berharap ketika suatu
hari nanti kamu dengar namaku, kamu akan tersenyum dan bilang, “Itu
Temanku”.

(…)
Persahabatan seperti tangan dengan mata
Saat tangan terluka, mata menangis
Saat mata menangis, tangan yang menghapusnya

(09.00; 17 Oktober 2007)
Tepuk pundak sahabatmu saat dia masih di sisimu…
Peluk sahabatmu saat masih bersamanya…
Karena kita baru akan sadar, betapa kita sayang mereka ketika mereka telah pergi.

(21.15; 28 Oktober 2007)
Life is sweeter when I have special friends like you!

(22.27; 6 November 2007)
Suatu hari ‘Cinta’ bertanya kepada ‘Persahabatan’,
“Kenapa kamu ada, padahal sudah ada aku?’
‘Persahabatan’ menjawab,
“Untuk memberikan senyuman, saat cinta memberikan kepedihan”.

(22.57; 19 September 2007)
Kemurnian hanya milik Allah…
Keabadian menjadi hak setiap manusia…
Ketulusan adalah milikmu…
Keikhlasan adalah milik kita berdua…
Kesucian merupakan dambaan kita semua.

(22.13; 5 November 2007)
Tiga karakteristik orang shaleh:
1. Ia sangat cinta kepada Allah.
2. Ia selalu gemar berbuat baik, hanya bahagia bila sudah berbuat baik.
3. Ia sibuk memperbaiki dirinya, sama sekali tidak tertarik mencari kekurangan dirinya, sama sekali tidak tertarik mencari kekurangan apalagi aib orang lain.
Istighfar adalah amalannya, hatinya sangat halus, firasatnya tajam. Insting rahmatnya kuat dan air matanya pun mudah menetes.

(23.49; 7 November 2007)
Saat kamu lahir ke dunia, banyak yang bahagia dan hanya kamu yang menangis. Maka beri yang terbaik untuk hidupmu agar pada saat kamu menutup mata nanti, banyak orang yang akan menangis dan hanya kamu yang bahagia.

(20.42; 8 November 2007)
Tuhan terlalu bijak sehingga Dia menciptakan seorang teman tanpa harga. Karena jika Dia memberikannya dengan harga, maka aku tidak akan mampu memberi teman yang berharga seperti kamu.

(22.31; 11 Desember 2007)
Sahabat itu seperti lilin yang rela hancur demi terang.
Sahabat itu seperti batu yang tidak mudah pecah.
Sahabat itu seperti payung yang melindungi saat hujan.
Sahabat itu…
Ya seperti kamu.

(22.19; 13 Desember 2007)
Satu pohon bisa membuat satu hutan
Satu senyuman bisa membuat satu perhatian
Satu sentuhan bisa membuat satu perubahan
Dan sahabat seperti kamu,
bisa membuat satu kebahagiaan untukku
Love U..

(18.12; 1 Januari 2008)
Kemarin matahari terakhir di tahun 2007
Semoga akan kau dapatkan…
1 tahun kebahagiaan
12 bulan kedamaian
365 hari kegembiraan
8.760 jam kasih sayang
525.600 menit cinta
31.536.000 detik persahabatan
di tahun 2008!!!

(21.23; 12 Januari 2008)
I am a jacket to make you warm.
I am a clown to make you laugh.
I am a candle to light your way.
But I am not a butterfly who will fly away and leave you alone!
Friends Forever

(22.41; 16 Januari 2008)
Berkawanlah ibarat pohon…
yang berakarkan kesetiaan
berbatangkan keikhlasan
berdahankan kejujuran
berantingkan kesepahaman
dan berdaunkan kasih sayang
Semoga persahabatan diantara kita semua tetap terjaga selamanya

(20.42; 14 Februari 2008)
Aku mengenalimu melalui Nama
Aku memahamimu melalui Renungan
Aku mengingatmu melalui Kenangan
Dan…
Aku menyayangimu melalui Persahabatan
Happy Valentine sahabatku…

(24.17; 4 Maret 2008)
Sahabat itu seperti bintang..
Walaupun ‘jauh’, ia tetap bercahaya
Meski kadang menghilang, ia tetap ada
Tidak mungkin dimiliki, tapi tidak bisa dilupakan
Dan selalu ada dalam hati

(22.50; 4 Maret 2007)
Sebait kata terungkap dari jiwa
Seuntai senyum memberi pesona
Aku alunkan kata tetapi tidak bersuara
Lewat sms aku tuliskan sebuah kata bahwa…
PERSAHABATAN akan selalu BERMAKNA

(08.23; 21 Maret 2008)
Nobody likes you
Nobody cares about you
Nobody misses you
Nobody is your best friend
Nobody is happy with you
But, don’t cry!
My name is Nobody
Friend Forever

(23.28; 29 Maret 2008)
Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang disekelilingmu tersenyum. Jalanilah hidupmu dengan kebaikan sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang disekelilingmu menangis.

(20.34; 27 Juli 2008)
Friendship is the rainbow between two heart, sharing seven colors: love, sadness, happiness, truth, secret, help, faith. Thank's for giving me a rainbow.

(23.12; 9 Oktober 2008)
Dunia berikanmu warna
Mimpi berikanmu cita
Kekasih berikanmu cinta
Teman berikanmu tawa
Dan sahabat sejati akan selalu ada untuk berikanmu bahagia

(12.56; 20 September 2008)
Ikatan "cinta" tidak harus dengan "kekasih"
Ikatan "hati" tidak semestinya dengan "pacar"
Tapi "kasih sayang, cinta, dan hati" akan tetap bersemi dalam arti sebuah Persahabatan

(22.52; 20 September 2008)
Persahabatan itu membutuhkan banyak pengertian, waktu, dan rasa percaya. Dengan semakin dekatnya masa hidupku yang tidak pasti, sahabatku adalah hartaku yang paling berharga. Forever..!!

(03.51; 28 September 2008)
Friendship is not how you forget but how you forgive
Not how you listen but how you understand
Not what you see but how you feel
And not how you let go but how you hold on!

(11.48; 27 Oktober 2008)
You might not need me now
Maybe not tomorrow
Maybe not anymore
But if ever, even for just a second
You feel alone
Remember, I will be there for you

(23.38; 29 Oktober 2008)
Sometimes I send SMS for you
Sometimes I don't
Sometimes I call you
Sometimes I'm not
But remember one thing that you are my best friend
Not for sometimes, but always

(22.46; 5 November 2008)
Andai saja aku punya sayap
Pasti aku akan terbang jauh dan akan kembali lagi
Tapi aku bersyukur tidak punya sayap
Karena kalau aku punya sayap...
Mungkin aku tak akan pernah jadi sahabatmu

(21.46; 9 November 2008)
Bersyukurlah karena engkau tidak memiliki semua yang diinginkan
jika engkau memiliki semuanya, apalagi yang hendak dicari?
Bersyukurlah saat engkau tidak mengetahui sesuatu,
karena itu memberi kesempatan kepadamu untuk belajar.
Bersyukurlah atas masa-masa sulit yang engkau hadapi,
karena selama itulah engkau tumbuh menjadi dewasa.
Bersyukurlah atas keterbatasan yang engkau miliki,
karena hal itu memberimu kesempatan untuk memperbaiki diri.
Bersyukurlah atas setiap tantangan baru,
karena hal itu akan membangun kekuatan dan karaktermu.

(12.05; 21 November 2008)
Jika pacar bisa selingkuh, semoga sahabat bisa setia.
Jika ada mantan pacar, semaoga tidak ada mantan sahabat.
Karena persahabatn adalah yang paling berharga.

(20.33; 22 November 2008)
Apa menurut kamu ini benar?
"Ketika kita memohon cinta, Tuhan memberi kita orang-orang bermasalah dengan cinta."
Karena kadang Tuhan tidak memberikan yang kita minta, tapi dengan pasti memberikan yang terbaik untuk kita.

(21.02; 23 November 2008)
Friendship is like a puzzle,
Each friend you have is a piece,
Some are on the border,
Some are close to the center,
Each brings out a piece in us,
That makes us who we are.
Thank you for being an important piece of my life
Because there's no beautiful like friendship.

(21.41; 1 Desember 2008)
Allah answer prayers in three ways:
Allah says yes and gives you what you want
Allah says no and gives you something better
or Allah says wait and gives you the best

(13.34; 8 Desember 2008)
Semoga Allah SWT menganugerahi kesolehan Nabi Ibrahim, ketaatan Nabi Ismail, keikhlasan Siti Hajar, keberkahan Nabi Muhammad SAW dalam menjalani hidup.
Happy Idul Adha 1429 H

(21.20; 16 Desember 2008)
You can crying
You can laughing
You can smiling
You can sick
You can play with your friend
You can eating adn drinking
You can studying
You can have girlfriend
But...
Why you can't do prayer to Allah and thank's for everything
That you gotten???

(22.02; 22 Desember 2008)
Ibu melahirkan kita sambil menangis dan kesakitan.
Masihkah kita menyakitinya? Masih mampukah kita tertawa melihat penderitaannya? Mencacimakinya? Melawannya? Memukulnya? Mengacuhkannya? Meninggalkannya?
Ibu tidak pernah mengeluh untuk membersihkan kotoran kita waktu masih kita kecil, memberikan ASI waktu kita bayi, menahan derita, menggendong kita.
Sadarilah bahwa di dunia ini tidak ada satu orang pun mau mati demi ibu, tetapi beliau justru satu-satunya orang bersedia mati untuk melahirkan kita.
Happy Mother's Day

(22.59; 28 Desember 2008)
Cinta selalu datang dan pergi Masalah selalu silih berganti namun sahabat sejati akan selalu tetap ada di hati.

(10.43; 29 Desember 2008)
Happy Hijriah Year...
Semoga di tahun baru Islam ini diberikan keberkahan, rahmat yang berlimpah, dan sehat wal'afiah. Tahun ini bagaikan kertas putih yang belum ternoda. Somoga dapat memakanai dan menorehkan sejuta kebaikan di tahun baru ini. Amin

(00.05; 1 Januari 2009)
Waktu terus berputar tiada kata kembali.
Mari kta renungkan apa yang telah kita perbuat sampai kini.
Di detik ini, di tahun yang baru 2009, kita yakin pasti lebih baik.

(19.17; 17 Januari 2009)
Disaat ibumu tertidur lelap, coba kita pandangi dia dalam-dalam dan bayangkan matanya tak akan terbuka untuk selamanya, tangannya tak mampu lagi untuk menghapus air matamu, dan mulutnya terbungkam kaku diperbaringan. Kamu pernah berpikir betapa besar pengorbanannya?

(20.36; 8 April 2009)
Sekali layar terkembang surut kita berpantang Pancasila abadi

(18.52; 12 April 2009)
Musibah bagi orang-orang yang meninggalkan sholat.
Subuh: akan disiksa selama 60 tahun di neraka
Dzuhur: disiksa seperti membunuh 1000 Muslim
Ashar: disiksa seperti orang meruntuhkan Ka'bah
Maghrib: disiksa seperti berzina dengan ibu/bapak
Isya: Allah tidak meridhoi ia hidup di bumi dan dipaksa mencari bumi lain

(20.58; 21 Juni 2009)
Dia sayang kamu tapi bukan kekasihmu
Dia perhatian kepadamu tapi bukan keluargamu
Dan siap membagi rasa sakit tapi dia tidak berhubungan dengan darahmu
Dia adalah sahabat
Sahabat sejati marah seperti ayah, peduli seperti ibu
Kadang, mengganggu seperti adik atau mengesalkan seperti kakak
Juga menyayangimu lebih dari seorang kekasih

TIM SUKSES: Tim Untuk Sukses atau Sukses Untuk Tim

Ketika kami tahu bahwa terjadi ketidakwajaran dalam sistem demokrasi di segala aspek kehidupan kampus saat ini, diri ini terasa ingin berlari mencari keleluasaan yang lebih dari sekarang. Intensitas pemikiran yang didasarkan pada unsur balas budi tidak selamanya akan mencapai goal jika hanya memenuhi kemauan seseorang yang belum jelas prospek ke depannya. Suatu kebodohan yang dianggap sebagai suatu pembenaran yang disematkan dalam otak mereka, langsung diapresiasikan dengan bentuk “tim sukses” yang salah satunya diaplikasiakan dalam pemilihan-pemilihan ketua eksekutif kampus.

Memang tim sukses dibentuk untuk membuktikan dukungan penuh bagi calon pemimpin yang dicalonkan. Tetapi mereka mengartikan tim sukses sebagai suatu bentuk rekayasa politik untuk memenangkan pemilihan eksekutif tersebut. Tindakan-tindakan nyata maupun tidak nyata sekalipun mereka lakukan demi suatu pencapain yang dianggap suci, murni, dan tidak melanggar hukum dalam ekosistem lingkungan kampus.

Pemaksaan kehendak yang sangat tajam terjadi di dalam sistem ini. Kami sendiri menyadarinya dan inginnya menggoyang kepala mereka. Tetapi apa daya mereka jelas memiliki batalyon siap tempur, belum lagi adanya sokongan “mesiu” yang begitu dahsyat datang dari petinggi-petinggi mereka.

Kemalangan akan akhir dari suatu ketidakjujuran dalam diri membuat segalanya menjadi buruk tidak karuan. Kami merasa bahwa bangsa ini nantinya akan semakin suram jika kaum mudanya tidak segera merubah pola pikirnya. Demokrasi yang sebenarnya terjadi hanyalah sebuah fiktif belaka. Tidak sejalan dengan para petinggi negeri ini dahulu ketika mereka bersusah payah menegakkan demokrasi dengan cara membela kepentingan rakyat.



Rakyat pasti menang! Rakyat pasti menang! Rakyat pasti menang!


Pekik pemberontakkan seperti itu membahana di seluruh penjuru negeri. Jelas rakyat pasti akan selalu menang nantinya. Tapi kapan bisa terealisasikan tidak ada yang memprediksi. Hampa, kosong, sunyi tanpa pembelaan berarti. Pemuda-pemuda yang melabelkan dirinya “aktivis” tidak pernah menyinggung aspirasi rakyat dalam segala perjuangannya. Kepentingan golongan lebih mereka pentingkan. Mereka takut label “aktivis” yang ada di dadanya dicabut kembali oleh petinggi-petinggi mereka. Sungguh pengecut. Sesungguhnya kemuliaan ada di dalam diri jika mampu mengaplikasikan pemikiran-pemikiran murni dari intelektualitas, bukan dari ilmu yang berasal dari orang atau kaum yang belum ada kejelasannya, apalagi itu adalah ilmu kotor.

Apa yang bisa mereka lihat di masa depan mengenai bangsa ini dengan pemikiran-pemikiran mereka? Hanya mereka yang bisa menjabarkannya. Tapi yang jelas, dapat dilihat melalui sikap dan moral mereka bahwa bangsa ini pada masa depan, di mata mereka, menjadi bangsa yang aristokrat di mana golongan yang besar dan kuat yang akan berkuasa di negeri ini. Terbayang mengerikan memang di saat rakyat membutuhkan kelapangan hati dan pikiran, terbebas dari segala penindasan. Perjuangan mahasiswa idealnya harus bersinergi dengan kepentingan rakyat yang aspiratif.


Kami mahasiswa Indonesia bersumpah…

Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah…

Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah…

Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan


Di era perjuangan reformasi saat ini, sumpah tersebut seharusnya menjadi tombak bergeraknya para mahasiswa Indonesia untuk segera membela kepentingan rakyat. Sakralnya ucapan mahasiswa zaman reformasi yang direalisasikan menjadi “Sumpah Mahasiswa Indonesia” seharusnya menjadi pendorong semangat bertempur mahasiswa untuk mengatasnamakan jeritan hati rakyat di tengah jeratan pemerintahan yang dinilai menginjak hak-hak rakyat dan sekaligus menginjak hak-hak para kaum mudanya (mahasiswa). Kami semua tidak ingin otorita di negeri ini menjadi sewenang-sewenang layaknya zaman orde baru. Kami semua tidak ingin negeri ini dipenuhi dengan unsur kediktatoran yang jelas-jelas telah membinasakan kepentingan rakyat. Maka dari itu, kami berusaha untuk selalu menanamkan jiwa nasionalisme yang kuat serta menumbuhkembangkan pikiran intelektual kami agar tidak terjerumus ke dalam jurang yang dibuat-buat oleh penguasa yang hanya memikirkan kepentingan golongan. Yang jelas, di masa depan kami para kaum muda adalah orang-orang yang akan meneruskan perjalanan negeri ini ke arah yang telah dikorbankan dan diinginkan rakyat selama ini. Bukankah kedaulatan tertinggi di negeri ini ada di tangan rakyat? Ya, itulah yang menjadi tolok ukur kami untuk ke depannya.

Kembali pada wacana tim sukses bahwa tim sukses seharusnya menjadi suatu realita yang mencerminkan kumpulan orang dalam mengedepankan suara yang akan diemban. Dengan kata lain, tim sukses berarti mementingkan seluruh struktur dasar dari masyarakat yang tidak membedakan strata, lapisan, dan golongan sekalipun. Semua adalah sama. Semua adalah satu. Semua tidak bisa dipecahkan. Semua ada dalam satu suara. Semua bersatu sehati mewujudkan segala aspirasi. Semua menjadi kekuatan penuh demi tercipta suatu cita-cita yang suci, INDONESIA ADIL, MAKMUR, DAN SEJAHTERA. Sungguh mulia kaum muda yang berpikir seperti itu. Tapi adakah para pemuda yang seperti itu di tempat kami berpijak ini?

Tidak terhitung oleh waktu manusia yang berpikir kritis dan cerdas menjadi suatu panutan bagi yang lainnya. Kami semua mempunyai pikiran ke arah itu. Mewujudkan literatur alami demi terciptanya idealisme yang kuat menjadi target kami selanjutnya agar tercipta suatu keseimbangan moral dan tingkah laku. Itu semua kami perjuangkan karena dapat membangkitkan keleluasaan pemikiran yang akan menjadi modal kuat untuk menjalankan strategi-strategi berbangsa dan bernegara yang baik dan benar. Dengan berpedoman pada amanah yang ada di Pancasila, berusahalah untuk selalu memberikan progres yang mantap untuk Indonesia tercinta.

Terngiang ucapan Soekarno, “Kalian beri aku seorang pemuda, maka aku akan mengguncang dunia. Kalian beri aku 10 orang pemuda, maka aku akan merubah dunia.” Terdeskripsi dengan jelas sebegitu pentingnya peran pemuda dalam perkembangan zaman dewasa ini. Perjalanan baik buruknya suatu bangsa dan negara bergantung pada pemikiran kaum mudanya. Pada dasarnya negara telah berkorban penuh untuk kemajuan pemuda-pemudinya. Kini kembali kepada para pemudanya ingin mengaplikasikan seperti apa bangsa dan negaranya. Masih mungkinkah unsur balas budi diungkap dan dimunculkan kembali ke permukaan? Jawablah di dalam hati dan pikiran kita yang cerdas. Nurani berbicara agar hati, pikiran, dan tubuh kita sekaligus mentransformasikan seluruh ilmu yang telah kita dapatkan.

Kejayaan Indonesia akan terwujud di kala mentari menyinari seluruh strata, lapisan, dan golongan masyarakatnya. Semoga pemikiran cerah bermunculan di masa ketika rakyat menjadi tumpuan bagi perkembangan negeri ini. Idealisme yang jernih menjadi kekuatan utuh untuk melawan segala gempuran dari dalam maupun dari luar. Negara yang kuat adalah negara yang berani membela rakyatnya di tengah ancaman dunia yang semakin hebat saat ini dan mungkin akan jauh lebih dahsyat di masa depan. Yakinlah bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia mampu seperti itu!


Hidup Rakyat!!! Hidup Rakyat!!! Hidup Rakyat!!!

Dan...

Hidup Mahasiswa Indonesia!


Perjuangannya kita beserta rakyat tidak akan pernah berhenti di tengah badai dan terpaan angin yang begitu kencangnya. Karena kita semua adalah…

SATU KOMANDO SATU PERJUANGAN

Pola Pikir Manusia

Semua orang mungkin akan merasa bosan melihat sekelilingnya yang tak pernah berubah. Begitu juga dengan diriku ini. Sampai di mana suatu harapan akan tumbuh ketika hati ini hanya bisa membisu. Saat dilahirkan ke dunia ini yang aku tahu adalah aku diproyeksikan untuk tumbuh menjadi seseorang yang hebat dari yang lain. Tapi seberapa besar kemampuanku ataupun kita sebagai manusia biasa untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Siapapun akan tahu bahwa suatu kelahiran merupakan sebuah awal untuk mengarungi lautan yang luas dengan sebuah perahu dan dayung yang siap kita kendarai seorang diri, yang sejatinya tanpa ada bantuan dari siapapun dan atau apapun. Mungkinkah kita sadar jika suatu aral merintang siap menerjang kita di depan. Mungkinkah kita tahu jika kekuatan alami dari diri kita sebenarnya mampu untuk melawan aral merintang tersebut. Itu semua bergantung pada kemauan manusia untuk terus mengeksplorasi dirinya terhadap lingkungannya untuk meyakinkan pada semua bahwa manusia adalah makhluk sosial.


Terbayangkan jika selamanya di dunia ini manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya. Tidaklah heran jika banyak pertempuran terjadi di sana sini, tanpa mempedulikan nyawa membabi buta menghabisi yang lainnya. Memang benar bahwa manusia menjadi ancaman bagi manusia yang lainnya untuk berkembang. Itu jelas sekali jika dicontohkan yang sangat ekstrim sekali dalam hidup ini. Misalkan jika ada seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu atau ingin mencapai tujuan tertentu dan berusaha keras untuk terus merealisasikan hal tersebut menjadi kenyataan, tetapi pasti ada orang lain yang akan menghalanginya atau selamanya tidak akan senang dengan pencapaiannya sepanjang masa. Dengan berbagai cara “manusia pengganggu” ini akan dibinasakan agar keinginan orang yang memiliki tujuan tersebut bisa terwujud. Sungguh sadis bukan? Ya, memang kenyataan di dunia ini yang seperti itu.


Apa dasar dia membinasakan sesamanya?

Menurutku itu pola pikirnya yang membuat dia seperti itu. Seseorang akan merasa risih jika kebebasannya terusik. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk mencapai apa yang diinginkan. Otak akan mentransformasikan keinginannya menjadi suatu realita yang harus ditempuh dan dijalani. Otak akan mengirim pesan kepada seluruh jasmani dan rohani untuk segera bertindak apapun juga asalkan keinginannya tercapai. Bahkan melampaui batas kemampuannya pun akan dilakukan. Luar biasa orang seperti ini.


Lalu, apa hubungannya ya dengan pola pikir manusia?

Pola pikir manusia didasarkan atas pemikiran dan analisa manusia terhadap kepekaannya pada sesuatu hal, bagaimana dia menghadapi sesuatu dan bagaimana dia menyelesaikan masalah tertentu. Orang akan mengerti jika terkadang suatu keinginan apapun memang harus ada pengorbanan dan ada yang dikorbankan. Orang juga akan berpikir bahwa dia akan bertindak menurut analisanya atas proses dari suatu tujuan yang diyakininya benar. Pola pikir akan mengalahkan segalanya. Tidak ada yang bisa menghentikan karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang berpikir, maka dari itu terus mengandalkan pola pikirnya. Pada contoh kasus di atas, manusia menghabisi sesamanya karena mengikuti pola pikirnya. Dia akan berpikir bahwa orang yang menghalanginya lebih baik disingkirkan daripada menjadi pengganggu selamanya dalam kehidupan yang dijalaninya tersebut. Pemikiran yang sederhana bukan? Sederhana tapi berdampak sosial yang sangat besar.


Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana keyakinannya terhadap Tuhan? Bukankah ajaran agama manapun melarang umatnya untuk saling membunuh? Jawaban yang pasti sudah jelas, karena pola pikir. Sudah dikatakan bahwa pola pikir mengalahkan segalanya. Apalagi jika seseorang yang tidak memiliki iman yang kuat terhadap keyakinannya. Orang menghabisi sesamanya yang dianggap sebagai penghalang hanya untuk agar pencapaiannya dapat terealisasi dengan baik. Tujuan yang diyakininya luar biasa dan baik untuk dirinya dan (mungkin) untuk orang-orang terdekatnya akan menjadi suatu kedamaian hidup di dunia. Pada Perang Dunia II, Adolf Hitler banyak membunuh umat manusia di dunia, sehingga sampai saat ini orang terus berpikir apakah Hitler memang tidak memiliki agama. Hitler berpikir bahwa lebih baik membunuh banyak umat manusia (yang dianggap pengacau) sehingga kedamaian dunia akan cepat terwujud daripada mengikuti perintah agama, untuk tidak membunuh, tetapi akan menimbulkan kekacauan massal di dunia. Analisa Hitler yang berkata seperti itu.


Pola pikir mengalahkan semua perintah agama, karena seseorang berpikir jika mengikuti perintah agama maka keinginannya (menurutnya) akan jauh dari harapan dan waktu yang ditempuh untuk suatu keinginan tersebut akan berlangsung lama. Manusia yang beriman pasti meyakini bahwa Tuhan akan memberi sesuatu kepada manusia berdasarkan kemampuan dan kondisi yang dimiliki manusia yang bersangkutan di masa lalu, sekarang, dan masa depan. Pasti tidak mungkin Tuhan memberi suatu kenikmatan dunia jika manusia tersebut tidak sanggup untuk menjalaninya. Semua itu berdasarkan pada keimanan dan ketakwaan manusia terhadap Tuhan.


Akhir dari sebuah penantian bahwa cara yang paling terpuji untuk mencapai suatu tujuan yang luar biasa adalah terus berusaha untuk suatu tujuan yang benar sesuai jalan Tuhan, selalu bersyukur pada Tuhan dengan apa yang sudah didapat sampai saat ini, dan berserah diri kepada Tuhan atas segala kejadian yang menimpa pada diri manusia. Cara-cara seperti itu semoga tidak hanya mencapai kedamaian hidup di dunia dan di akhirat nanti, tetapi juga kedamaian di jiwa, hati, dan pikiran. Tetapi harus selalu diingat untuk hati-hati bermain dengan pola pikir manusia. Salah berpikir dan menganalisa, maka kerugian akan menimpa kehidupan manusia di dunia. Semoga kita adalah manusia yang selalu diberkati Tuhan. Amin!